Pusat DOD, Itik / bebek tervaksin flu burung, Telur Asin, dan Mesin Tetas di Tangerang, Banten dan Jakarta

Selasa, 17 September 2013

Budidaya Itik Damiaking Khas Banten

Budidaya Itik Damiaking Khas Banten Oleh Mayunar 
Itik Damiaking merupakan itik khas yang telah dibudidayakan dan berkembang luas di Provinsi Banten. Warna bulunya yang khas seperti warna jerami kering, diabadikan menjadi namanya yakni damiaking (dami dalam bahasa Serang artinya jerami, dan aking artinya kering). Itik Damiaking merupakan jenis itik petelur jenis lokal. Ciri itik ini selain warna bulunya yang seperti jerami kering juga warna kaki dan paruh yang hitam. Bobot badan betina dewasa berkisar antara 1,5 - 2,2 kg. 
Itik Damiaking biasanya dipelihara pada daerah dekat pesisir pantai, pakannya berupa limbah rumah tangga dan pakan alami yang tersedia di kolam (seperti: kepiting, keong dan ikan kecil). Itik ini dipelihara dengan penggembalaan di areal kandang, halaman atau kolam yang luas. Pada usaha skala rumah tangga, kandang itik dibangun dengan sistem pekarangan, yaitu kombinasi pemeliharaan system terkurung dan sistem lepas. Kandang dibuat dari bahan yang tersedia di sekitar lokasi dan harganya murah serta memenuhi syarat: memberikan kenyamanan dan kesehatan temak serta tidak mengganggu peternak. 
Budidaya dilakukan secara semi-intensif dengan skala kepemilikan 100 ekor (kisaran 50-150 ekor). Itik yang digunakan adalah yang sudah siap telur (grower) umur 4-5 bulan. Perbandingan betina dan jantan adalah 30:1. Pakannya berupa dedak halus, konsentrat dan keong mas atau dedak halus, konsentrat dan ikan rucah segar. Pada daerah pedalaman, kombinasi pakan yang dianjurkan adalah dedak halus, konsentrat dan keong mas, sedangkan pada daerah dekat pantai/ laut adalah dedak halus, konsentrat dan ikan rucah segar. Di dekat kandang tersedia saluran air untuk membersihkan bulu dan mempertahankan suhu tubuh. Usaha temak itik Damiaking skala rumah tangga dengan budidaya semi-intensif memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: produktivitas telur lebih tinggi dibanding teknologi ekstensif yang biasa diterapkan peternak, produktivitas bulanan berkisar antara 41,5 - 76,1 (rataan 54,6 ) atau setara dengan 160 - 165 butir/ekor/tahun, pemanfaatan keong mas (hama padi) sebagai pakan dapat diperoleh dari sawah serta membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat. Selain itu, usaha tersebut juga merupakan salah satu upaya penanggulangan kemiskinan di pedesaan. 
Pemeliharaan Pemeliharaan itik skala rumah tangga dilakukan dengan dua metoda. Pada musim tanam pada dilakukan secara terkurung, dan pada musim panen diumbar pada lahan sawah. Kandang dibuat berukuran 8 m x 7,5 m (luas 60 m2), di mana 1/3 bagian (8 m x 2,5 m) tertutup dan beratap untuk itik tidur dan bertelur, sedangkan 2/3 bagian lagi (8 m x 5 m) terbuka sebagai halaman untuk itik makan, minum dan bermain pada siang hari. Lantai kandang berupa tanah yang diberi alas sekam atau jerami padi untuk menyerap air dan kotoran dengan ketebalan sekitar 5 cm. 
Pada usaha skala rumah tangga dengan kepemilikan itik sebanyak 100 ekor dibutuhkan pakan dedak halus sebanyak 7,5-10,0 kg/hari, konsentrat 1,5 - 2,0 kg/hari dan keong mas 20 - 25 kg/hari (atau diganti dengan ikan rucah segar). Pada musim tanam (pemeliharaan terkurung), pakan diberikan sebanyak 4 kali/hari yaitu berupa dedak halus dicampur konsentrat sebanyak 2 kali/hari (pukul 07.00 dan 17.00WIB) dan keong mas sebanyak 2 kali/hari (pukul 11.00 dan 15.00WIB), sedangkan pada musimpanen pemberian pakan hanyadiberikan 1 kali/hari yaitu berupa dedak halus 

sumber: Berita Koran SINAR TANI Edisi 20-26 Juni 2011 
sumber web: http://banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=415&Itemid=12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar